Niel dan Pahlawan Indonesia
Seorang laki sedang duduk menyendiri, jauh dari keramaian, di gang yang hampir gelap gulita tanpa satu lampu kecil untuk meneranginya. Nama laki itu adalah Nathaniel Russ, atau Niel untuk panggilannya. Niel adalah remaja berumur enam-belas tahun, dan dia telah dijuluki sebagai anak paling cerdas di sekolahnya.
Dia lahir pada tahun 2041 kelahiran Inggris-Indonesia, dan sekarang adalah tahun 2057, waktu telah berjalan begitu cepat, dan lajunya teknologi telah mengikuti. Telepon seluler sudah mulai ditinggalkan, diganti oleh ikat tangan hologram, keamanan semakin canggih dan kuat juga, sehingga semuanya telah menjadi damai.
Ya, hampir damai, pikir Niel. Dia menatap kepada tembok di depannya, Sekarang sudah hampir hari kemerdekaan, dan sepertinya tidak ada yang ingat. Niel berpikir keras lagi, dan sepertinya ada ide yang akan berhasil. Niel loncat dari tempat duduknya dan berlari ke rumah.
Beberapa Hari Kemudian
“Yay! Berhasil!” teriak Niel penuh sukses.
Niel ternyata telah merancang Mesin Waktu yang berfungsi untuk melakukan misinya untuk memperingati Hari Kemerdekaan. Niel telah berpakaian sesuai waktu tertentu, yaitu 17 Agustus tahun 1945, Hari Kemerdekaan. Mesin tersebut telah menyembunyikan diri, dan Neil bergegas berlari ke (sekarang-dinamakan) Gedung Pola/Tugu Proklamasi.
Niel takjub melihat banyak orang bersorak-sorak dengan senang dan penuh kemenangan dengan melambai-lambaikan tangan di udara.
Niel bertanya untuk memastikan, “Permisi, pak. Apa yang sedang terjadi?”
Pria langsung melihat ke Niel dengan mata penuh ketidakpercayaan. “Apa? Apa? Kita akan merdeka nak! Bagaimana kamu bisa tidak tahu!?” teriak pria tersebut, sambil memukul punggung Niel. Niel bergumam “Sakit”.
Kemudian, semua suara telah menjadi hening, bisa saja sampai mendengar jarum jatuh. Niel mencoba untuk melihat apa yang terjadi, ternyata IR Soekarno telah maju kedepan untuk membacakan proklamasi legendarisnya.
Setelah bendera diangkat dan kata-kata telah diucapkan, semuanya menjadi heboh dan semangat. Niel tersenyum sendiri, seakan-akan ia mimpikan bahwa ini terjadi pada Indonesia tahunnya, Niel merancang ide baru lagi, yang lebih menarik dan lebih- “Merdeka! Merdeka!” sorak-sorai para rakyat, memotong pikiran Niel.
Sepertinya rakyat Indonesia tahunku hanya perlu semangat dan minat…
Niel, Hey! Are you coming or not?” ucap temannya Neil, Koko-Chan. Dengan baju merah-putih dan sepatu favoritnya, Niel mengejar Koko-Chan ke Festival Kemerdekaan Indonesia.
“Tunggu dulu!” kata Niel, diantara nafas. Koko-Chan tertawa dan berlari kencang. Semua orang yang melihat Niel tersenyum dan melambai kepada remaja muda tersebut, mereka berterima kasih kepada Nathaniel Russ untuk telah memperingati mereka tentang Kemerdekaan Republik Indonesia. (Dyta 7A)